SIDANG PARIPURNA DPR (15 AGUSTUS 2008), ANTARA SANG NEGARAWAN
DENGAN SI PECUNDANG
(Oleh Okasatria Novyanto)
(Oleh Okasatria Novyanto)
Mungkin judul tulisan ini terasa memerahkan telinga bagi para Wakil Rakyat di Senayan sana, lebih-lebih bagi mereka yang tidak menghadiri sidang tanpa alasan yang jelas. Tapi apa boleh dikata, ini adalah sebuah fakta yang harus saya katakana bahwa mereka itu (yang tidak hadir sidang tanpa alasan jelas) adalah seorang Pecundang yang tidak layak untuk disebut seorang Negarawan.
Wahai, anggota Dewan yang terhormat. Seharusnya umur Anda yang boleh dibilang sudah Dewasa dan matang itu tercermin dalam sidang kemarin. Walaupun Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono berasal dari partai yang berbeda dengan Anda tetapi setelah terpilih berdasarkan suara terbanyak pada pemilu kemarin dan dia jadi Presiden, sosok Susilo Bambang Yudhoyono bukanlah ketua umum partai Demokrat lagi tetapi sebagai seorang Negarawan. Hal ini juga seharusnya berlaku pada Anda, wahai anggota Dewan yang terhormat.
Yang masih menjadi tanda tanya besar dibenak saya adalah “Apakah anggota Dewan sekarang itu tidak berpendidikan?” Ah, saya kira tidak ! buktinya sangat jarang anggota dewan yang menuliskan “Nama” saja pasti ada embel-embelnya : Drs., Ir., MM.,Msc., dll. Jadi secara akademis mereka itu berpendidikan ya? Tapi apakah mereka terpelajar? Nah, ini yang agak susah dijawab! Dikatakan terpelajar tapi kok membedakan antara urusan Partai dengan Negara saja masih bingung, buktinya sidang paripurna yang jelas-jelas agenda resmi Kenegaraan saja oleh beberapa oknum DPR disepelekan. Mereka lebih mementingkan pencalegan atau kepentingan lain yang seharusnya masih bisa ditunda terlebih dahulu karena isi pidato Presiden RI itu menyangkut nasib dan arah pembangunan bagi Rakyat Indonesia. Jadi dimanakah rasa Nasionalisme Anda wahai anggota Dewan yang terhormat?
Selain itu juga jika mereka terpelajar paling tidak mereka seharusnya sudah bisa membaca data. Sebagai contoh saja, pada PILGUB Jatim kemarin (sekitar Juli 2008) prosentase GolPut itu 40% dan GolPut inilah yang seharusnya “memenangkan” PilGub Jatim. Jadi intinya dari contoh ini saja seharusnya para anggota Dewan sudah dapat menganalis serta menarik kesimpulan bahwa prosentase ketidakpercayaan masyarakat pada lembaga eksekutif maupun lembaga legeslatif itu semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini jelas suatu yang wajar, karena masyarakat Indonesia sekarang sudah Tidak Buta Politik lagi. Mereka tidak ingin “membeli kucing dalam karung” karena bagi mereka suara mereka itu sangat berarti. “Lha .. wong anggota Dewan saja banyak yang Nggak Bener, ngapain kok dipilih. Seperti ngempani Ulo kareng (memberi peluang orang berbuat jahat-red)” begitu mungkin pikirnya. Lantas jika fenomena ini tidak segera diantisipasi, bagaimanakah nasib Negara Indonesia?
Terus terang saya tidak menghendaki Negara Indonesia ini yang sudah diperjuangkan oleh para Pejuang-pejuang kita dahulu dengan darah, jiwa, raga dan harta akan hancur serta runtuh oleh “tikus-tikus” dari dalam negeri Indonesia sendiri. Jadi jika lembaga eksekutif (Pemerintah) maupun lembaga legeslatif (DPR) ingin tetap dipilih oleh rakyat, cobalah ubah kebiasaan buruk oknum (Anggota Dewan dan aparat pemerintahan), mulai dari Korupsi, main Perempuan, dll. Jangan sampai ulah beberapa oknum ini (Anggota Dewan dan aparat pemerintahan) justru mencoreng citra baik dari lembaga tersebut. Mumpung masih ada waktu, tidak ada salahnya jika mulai sekarang tetap dilakukan perbaikan yang terus menerus (continues improvement) pada semua sudut pandang sehigga Masyarakat Indonesia tetap percaya pada kedua lembaga tadi dan tolong bagi Anggota Dewan dan Pemerintah, tanamkan sikap serta sifat sebagai seorang Negarawan sejati yang Bertaqwa kepada Tuhan Y.M.E, mempunyai Dedikasi, Loyalitas, Intergritas dan Nasionalisme yang tinggi bukan sebagai Pecundang yang kerjanya hanya “memperkosa” hak-hak Rakyat Indonesia dan berperilaku seperti badut-badut di panggung politik. Semoga dengan tulisan ini sedikit banyak para anggota Dewan yang terhormat tergugah hatinya agar kembali ke tujuan utama mereka ketika Pemilu 2004, yakni "membawa Aspirasi Rakyat". Semoga ....
No comments:
Post a Comment