Thursday, May 15, 2008

Surat Untuk Para Negarawan

(KENAIKAN BBM, ANTARA SEBUAH JANJI PEMERINTAH DAN PENDERITAAN RAKYAT
(Oleh Okasatria Novyanto)


Sebenarnya ketika pemerintah mengumumkan tentang kondisi negara dan langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah seiring dengan kenaikan harga minyak dunia, presiden tidak menyinggung-nyinggung (secara tersurat) untuk menaikan BBM (Tvone, 1 Mei 2008), saya sudah pesimis “Opo yo tenan?” karena fakta mengatakan bahwa selama ini kalimat itu hanyalah sebuah “mantra” untuk “ngayem-ayem” masyarakat agar ditingkat bawah tidak terdapat gejolak sosial yang dapat mengganggu stabilitas nasional. Ditambah lagi “Kebiasaan” anggota dewan kita yang tidak berubah dari dulu. Masih ingat lagunya Iwan Fals? “…Wakil Rakyat bukan Paduan suara ….” Hanya bedanya kalau dulu (Era Orde Baru) memang yach … seperti itu adanya (sudah menjadi rahasia umum). Hanya sekarang menjadi “…Wakil Rakyat bukan Aduan suara ….”. Ketika menyangkut masalah yang krusial dan menyangkut jutaan nasib warga yang kurang mampu secara ekonomi di Indonesia, “Taring dan kegarangan” anggota Dewan yang terhormat nyaris tidak kelihatan. Hal ini berbeda sekali reaksinya dengan ketika sejumlah anggota DPR akan diperiksa oleh KPK terkait dugaan korupsi. Kesan “macho”, “pemberani”dan “jantan” tampak sekali diraut wajah mereka sampai-sampai mereka melontarkan statemen “bubarkan saja KPK” sebagai tindakan selfdefence. Namun, mana reaksi mereka sekarang ketika menyangkut jutaan nasib rakyat? Tidurkah mereka? Atau hanya diam seribu basa?
Wahai, anggota Dewan yang terhormat, cobalah perhatikan nasib kami. Kami memilih Anda saat Pemilu bukanlah hanya dengan “Nyoblos” saja, tapi dengan sebuah harapan baru untuk perubahan. Apakah Anda mau jika suatu saat Rakyat jadi tidak percaya lagi pada sistem dan Birokrasi yang ada? Sehingga jumlah Golongan Putih (GolPut) akan bertambah sebagai wujud protes atas ketidakpercayaan rakyat pada pemerintah.
Tapi, itulah kritikan dan saran saya untuk anggota Dewan yang terhormat semoga menjadi sebuah catatan untuk diperjuangkan.
Nah, sekarang mungkin yang harus kita pikirkan adalah “How to solve from this problem?”
Menurut catatan saya, ada Puluhan Perguruan Tinggi Ternama di Indonesia dan Ratusan Perguruan Tinggi Swasta yang secara tidak langsung ikut andil dalam mencetak ratusan ribu bahkan jutaan orang-orang terpelajar. Seharusnya dengan bekal keilmuan mereka, paling tidak ada Jutaan ide dan solusi untuk mencari energi alternatip yang murah dan ekonomis sebagai pengganti bahan bakar minyak yang mulai langka dan mahal. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa produk pendidikan kita secara tersirat itu menciptakan SDM yang kapitalis, hal ini tampak dengan parameter kelulusan : Indeks Prestasi Kumulatip minimal 3, Lulus tepat waktu, Cepat mendapat pekerjaan, dll. Sehingga masih jauh dari nilai “Ideal” sosok mahasiswa yang diharapkan bagi masyarakat sebagai agen perubahan (Agent of change) yang mempunyai kepekaan sosial terhadap masyarakat (Sensitive Social intelligence) dan Mampu mengontrol masyarakat (Social control ability).
Melalui lembar tulisan ini, saya mengajak kepada Anda yang mempunyai pengetahuan tentang Energi Alternatif khususnya Tenaga Surya untuk saling berbagi pengetahuan karena saya sedang mencoba untuk membuat tenaga surya yang murah sehingga dapat digunakan sebagai pengganti kompor minyak tanah yang sangat bergantung pada bahan bakar Carbon.
Untuk, teman-teman aktivis Mahasiswa (khususnya BEM ITS), Selamat berjuang Teman-teman

No comments: